Geliat Bisnis Kampung Herbal Surabaya

Geliat Bisnis Kampung Herbal Surabaya

Ki-Ka : Pudji Sudarsono, Fahrida Nuraisyah, Moch Samsuri, dan Mahardika Fahruddin

Liramedia.co.id, SURABAYA - Surabaya dikenal sebagai barometer perekonomian di Indonesia setelah Jakarta. Kota yang dijuluki Kota Pahlawan ini memiliki sentra-sentra produksi Usaha Kecil Menengah (UKM), yang telah berlangsung lama. Salah satunya ialah sentra UKM Kampung Herbal, yang terletak di Jl Genteng Candirejo, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya.

Untuk bisa mengakses ke tempat tersebut cukuplah mudah. Dari Jl Tunjungan, bisa melewati arah Pasar Genteng, kemudian ada Hotel Weta. Dari samping Hotel Weta itu sudah ada papan penunjuk arah ke Kampung Herbal. Atau jika melewati Jl Genteng Kali, sebelum gedung Siola ada gang sempit. Disitulah arah ke Kampung Herbal.

Saat memasuki Kampung Herbal, Anda jangan kaget jika tidak ditemukan aneka herbal seperti namanya. Di sepanjang jalan gang itu, hanya terdapat banyak tanaman belimbing wuluh. Sebab, memang Kampung Herbal itu tidak hanya mengolah minuman dari rempah, tetapi membuat aneka makanan kecil dari belimbing.

“Orang menyangka Kampung Herbal ini kayak pusat jamu, kenyataannya tidak. Disini memproduksi aneka olahan dari belimbing wuluh, wedang dari rempah, dan cemilan lainnya seperti pastel,” kata owner ’Klethikan Suroboyo’, Mahardika Fahruddin Rois, Kamis 12 Oktober 2017.

Di Kampung Herbal tersebut, terdapat setidaknya 15 pelaku UKM. Ada berbagai varian produk yang diproduksi UKM tersebut. Misalnya ’Klethikan Suroboyo’, yang memproduksi kue pastel, selai dari belimbing wuluh, sirup belimbing wuluh, saos sambel belimbing wuluh, ada pula mayones dari belimbing wuluh.

“Jadi, kita disini dituntut untuk kreatif, dengan mengolah 1 bahan menjadi berbagai macam produk. Seperti belimbing wuluh. Dulunya buah ini tidak diperhatikan, jatuh dibiarkan saja. Sekarang dimanfaatkan oleh warga, karena belimbing wuluh banyak buahnya dan tidak kenal musim saat berbuah,” tambah Fahrida Nuraisyah, yang juga owner ’Klethikan Suroboyo’.

Fahrida bercerita, di Kampung Herbal ini seringkali dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun turis asing. Mereka bisa melihat langsung produksi olahan yang ada di rumah-rumah warga. Memang, diakuinya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) terus menggalakkan Kampung Herbal ini sejak tahun 2014 lalu.

Kemudian, pada tahun 2016, PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) mulai masuk untuk melakukan pembinaan dan memberikan fasilitas. Dari 15 UKM yang ada, saat ini yang sudah menjadi UKM Binaan Telkom baru 8 UKM.

Upaya yang dilakukan Telkom khususnya Telkom Witel Surabaya tidak hanya pembinaan saja, melainkan pelatihan, marketing, dan ikut serta dalam pameran yang difasilitasi Telkom. Pengalaman Fahrida, dia pernah diajak ikut pameran oleh Telkom ke beberapa tempat. Sebut saja diantaranya pameran di Grand City Surabaya sebanyak 3 kali, Pameran Kurasi di Bali, hingga Telkom Craft di Jakarta Convention Cemter (JCC).

Dia merasa terbantu dengan kehadiran Telkom di Kampung Herbal. Sebab, pameran itu bukan dirinya saja yang ikut, melainkan beberapa UKM binaan di Kampung Herbal tersebut juga dapat fasilitas Telkom Witel Surabaya.

“Setelah ikut pameran itu, memang ada dampaknya terhadap penjualan. Saya sering menerima order dari Jakarta, Palu (Sulawesi Tengah), dan beberapa daerah lagi. Telkom juga memfasilitasi pemasaran melalui online marketingnya di belanja.com. Disitu berbagai produk UKM termasuk produk UKM Kampung Herbal ada,” jelas Fahrida.

Semenjak bergabung Telkom, juga berkat dukungan Pemkot Surabaya, Fahria mengaku saat ini dia ’keteteran’ memenuhi order yang datang dari berbagai daerah. Satu hari saja tidak produksi, order itu akan terus menumpuk.

Oleh karena itu, dia berharap Telkom bisa memperbesar pinjaman bergulirnya. Fahrida mengatakan, dia mendapat pinjaman dari Telkom dengan pagu sampai Rp 75 juta. Harapannya, pagu itu bisa diperbesar lagi hingga Rp 150 juta, mengingat kebutuhan untuk memperbesar kapasitas produksi agar semua order bisa terpenuhi.

“Kami senang dapat pinjaman bergulir dari Telkom, karena beban administrasi perbulan cukup rendah. Sekarang per Oktober 2017 turun jadi 3%, dari awalnya 6%. Jadi, pinjaman itu tidak menjerat kita seperti meminjam kepada lembaga pinjaman lainnya dengan bunga tinggi,” ujarnya.

Menanggapi pernyataan Fahrida, Pudji Sudarsono selaku Asisten Manejer CDC Community Development Center Telkom Witel Surabaya, saat berkunjung ke Kampung Herbal menyatakan bahwa Telkom tidak hanya memberikan pinjaman modal terus selesai, melainkan juga pembinaan serta bantuan marketing online melalui belanja.com. Selain itu, UKM binaan Telkom juga sering dilibatkan dalam berbegai event yang digelar Telkom, contohnya pelatihan digital marketing, pameran, dan sebagainya.

Di Kampung Herbal itu, Telkom juga pernah menjadikannya sebagai tempat studi banding program pertukaran pelajar. Saat itu, sejumlah siswa tidur di rumah warga Genteng Candirejo, tempat Kampung Herba tersebut. Disana, para siswa itu belajar bagaimana produksi makanan ringan dan juga minuman.

Kunjungan Pudji Harsono beserta manajemen Telkom dalam rangka melihat perkembangan UKM Binaan Telkom di Kampung Herbal. Hadir pula dalam kunjungan itu ialah Moch Samsuri (Assisten Manajer Progrm PKBL Telkom Jatim Bali Nusra), Moch Solichin dari Telkom Witel Surabaya, serta beberapa staf Telkom. (Did)

Image