Kisah Pria Dihadang Polisi Saat Menyeret Peti Mati dari Jakarta Menuju Surabaya

Kisah Pria Dihadang Polisi Saat Menyeret Peti Mati dari Jakarta Menuju Surabaya

Roy Julian (40 tahun) dan Slamet Riyadi alias Mamex (38) bergantian menyeret peti mati dari Jakarta menuju Surabaya

Liramedia.co.id, CIREBON – Hidup mati seseorang ditentukan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia, tidak tahu kapan ajal itu menjemput ; hari ini, esok, atau lusa. Di balik kematian itu, beberapa pria asal Jakarta membawa peti mati ke Surabaya. Ada apa ?

Ternyata, peti mati itu di bawah oleh beberapa seniman dari Jakarta menuju kampus Universitas Negeri (Unesa) Surabaya. Pada Kamis, 14 September 2017, mereka sudah sampai di Brebes, Provinsi Jawa Jawa Tengah.

Sebelumnya, saat di Cirebon, pembawa peti mati, yakni Evan Fahmi Maulana dari Sanggar Seni Tari Mergu Wijayakusuma, harus berurusan dengan kepolisian. “Untung ada SIM dan STNK,” kelakar Kantor Teater

Peti mati itu dibawa secara bergantian oleh 2 seniman dari Jakarta menuju Surabaya. Mereka antara lain Roy Julian (40 tahun) dan Slamet Riyadi alias Mamex (38). Sampai di Cirebon, peti mati itu dibawa lagi oleh Evan Fahmi Maulana.

Rencanananya kedua seniman teater itu akan melakukan pertunjukan teater yang digelar di Kampus Unesa pada 23 September 2017 mendatang. Pertunjukkan teater itu berjudul “Fermentasi Hujan Dalam Sepatu” yang akan dipentaskan Kantor Teater di kampus UNESA.

Keduanya berangkat dari Jakarta pada 1 September 2017, atau usai Sholat Jumat. “Perjalanan ini mungkin akan sampai. Mungkin juga tidak. Soal itu biarlah menjadi urusan Tuhan. Urusan kami adalah berjalan kaki se-sanggup mungkin dan sampai sesuai waktu yang telah ditentukan,” kata Roy.

“Semua hal; pengalaman dan perasaan tentang hidup dan mati yang kami alami sepanjang jalan akan kami serap, olah dan tubuhkan menjadi peristiwa-peristiwa di atas panggung nanti,” lanjutnya.

“Kami tidak tahu akan seperti apa pertunjukan kami nanti. Karena tidak ada sutradara dalam pertunjukan ini. Kami juga tidak terlalu yakin bisa sampai dengan selamat di Surabaya, karena kematian bisa datang kapan saja. Tapi setidaknya, kami sudah membawa peti mati, sekiranya salah satu di antara kami ada yang dipanggil mendadak dalam perjalanan menuju Surabaya. Namun begitu, do’akan kami agar semua lancar dan kami selamat sampai tujuan,” pungkas Roy.

Senada, Slamet Riyadi mengungkapkan, aksinya itu sebelumnya dilakukan bertiga. Namun, salah seorang rekannya itu merasakan tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan dan kembali lagi ke daerah asalnya Cibitung, Bekasi. (did)

Image