- 11:15:15 Komjen Listyo Sigit Silaturahmi ke Mantan Kapolri Minta Doa Restu
- 09:20:04 Nasabah Ancam Gugat Pailit dan Lapor Pidana Kresna Life
- 02:28:30 Penampakan Awan Panas Guguran Gunung Semeru Keluar Sejauh 4,5 KM
- 20:18:26 Jambret Handphone di Kecamatan Krian Nyaris Dihajar Massa
- 17:09:49 Berangkat Mancing, Remaja Ngoro Tewas Tenggelam Di Sungai Sadar
- 15:36:14 Pemuda Sooko Tewas Gantung Diri
- 15:17:06 Warga Desa Lebaniwaras Menyoal Sejumlah Proyek dan Penunjukkan Jabatan Perangkat Desa
- 13:44:43 Eks Bendahara BNNP Ditahan Polisi
- 21:31:01 Ungkapan Pj Bupati Sidoarjo Usai Divaksin Covid-19
- 20:32:53 Satreskrim Polresta Sidoarjo Amankan Dua Pelaku Tindak Pidana Pencurian

Wayang kontemporer di Desa Terung Wetan. (Foto : Satria Nugraha)
Liramedia.co.id, SIDOARJO - Pentas wayang unik digelar di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Bagaimana tidak unik, pentas wayang kontemporer ini digelar di area persawahan. Sang dalang, Ki Ompong Soedharsono (34 tahun) mengungkapkan, bahwa pada masa silam, pagelaran wayang di sawah merupakan hal yang lumrah.
“Dahulu disebut wayang tengul, yang dipentaskan di sawah setiap usai panen padi. Hal tersebut sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Namun kini, bentuk wayang maupun penyampaian harus menarik dan mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal,” tutur Ki Ompong, Jumat (27/11/2020).
Kali ini, warga kelahiran Blitar yang merupakan murid Ki Manteb Sudarsono ini mementaskan lakon ‘Wayang Srawung Sawah’.
“Ini merupakan ungkapan sesyukur, karena hasil panen padi warga sekitar berhasil baik atas restu Gusti,” terang Ki Ompong.
Pada pementasan kali ini, Ki Ompong memainkan tokoh Dewi Sri dan Dewo Sadono. Dewi Sri merupakan dewi padi, sedangkan Dewo Sadono adalah dewanya sandang. Ki Ompong juga memainkan tokoh Hasan yang merupakan simbol wayang anak-anak zaman sekarang yang mewakili kaum milenial.
“Tokoh Bagong juga selalu ada, karena Bagong merupakan bayang-bayang dari tokoh Semar. Kalau tidak dikenalkan dengan tokoh Bagong, wayang tradisi akan hilang. Maka dari itu saya sandingkan antara tokoh wayang tradisional dan dan modern agar tidak digilas zaman,” jelas Ki Ompong.
Ki Ompong menggunakan jarik untuk asesoris ‘panggungnya’ yang menurutnya merupakan lambang doa. Ia juga meletakan kendi di sebelah jarik.
“Kendi itu simbol pengendalian diri. Hubungan kita dengan Tuhan dan manusia butuh pengendalian diri,” ucap Ki Ompong.
Ki Ompong tidak menggunakan instrumen alat music apa pun. Ia cukup menggunakan mulutnya untuk tetabuhan yang Ia sebut sebagai musik CO2T. Sebagai dalang, tugas Ki Ompong tentu saja mementaskan lakon.
Selama dua bulan tinggal di Sidoarjo, Ia telah menggelar 35 kali pementasan wayang kontemporer. Ada maupun tanpa penonton, Ki Ompong tidak peduli. Ia tetap saja memainkan wayang-wayangnya.
Baginya, alam semesta merupakan penonton setia yang selalu hadir di setiap aksinya. Itu sudah cukup. (*)
Penulis : Satria Nugraha
- Minggu : 17 Januari 2021
Komjen Listyo Sigit Silaturahmi ke Mantan Kapolri Minta Doa Restu
-
- Minggu : 17 Januari 2021
Penampakan Awan Panas Guguran Gunung Semeru Keluar Sejauh 4,5 KM
-
- Sabtu : 16 Januari 2021
Jambret Handphone di Kecamatan Krian Nyaris Dihajar Massa
-
- Sabtu : 16 Januari 2021
Berangkat Mancing, Remaja Ngoro Tewas Tenggelam Di Sungai Sadar
- Senin : 11 Januari 2021
Asyik, Siswa Sekolah Bakal Dapat BLT Rp 2,4 Juta
Siswa dan siswi sekolah, mulai dari pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat bantuan langsung tunai (BLT).
-
- Rabu : 06 Januari 2021
Daihatsu Berikan Pelatihan Online Guru SMK se-Jawa Timur
-
- Selasa : 05 Januari 2021
Lowongan 1 Juta Guru PPPK, Simak Cara Daftarnya
-
- Kamis : 31 Desember 2020
Pemerintah Putuskan Guru Honorer Tidak Bisa Jadi PNS