Melakukan pembelian token listrik telah menjadi kebiasaan bagi pemakai layanan listrik pra-bayar.
PLN menyediakan berbagai pilihan nominal pembelian, mulai dari Rp20.000, Rp50.000, Rp100.000, Rp250.000, Rp500.000, hingga Rp1 juta.
Meski terlihat sederhana, muncul pertanyaan yang sering menghampiri para pelanggan, yakni lebih hemat mana antara membeli token Rp 100.000 sebanyak lima kali atau langsung Rp 500.000 sekali.
Pertanyaan ini wajar, apalagi jika total uang yang dikeluarkan tetap sama senilai Rp500.000. Namun, jika dihitung lebih rinci, terutama dari sisi biaya admin, hasilnya bisa berbeda cukup signifikan.
Biaya admin membuat selisih
Setiap kali melakukan pembelian token listrik, biasanya dikenakan biaya administarsi dengan besaran sekitar Rp 1.000 sampai Rp 3.000 untuk setiap transaksi.
Besarnya biaya bergantung pada lokasi pembelian atau saluran pembayaran yang dipakai, seperti lewat mesin ATM,
mobile banking
, aplikasi
e-commerce
, maupun gerai fisik.
Jika Anda membeli token senilai Rp100.000 sebanyak lima kali, maka akan ada biaya administrasi yang dipotong sebanyak lima kali juga.
Di sisi lain, bila mengambil token senilai Rp500.000 secara langsung, biaya administrasi hanya dipotong satu kali saja.
Simulasi pengeluaran
Sebagai contoh, besarnya biaya administrasi setiap transaksi yaitu sebesar Rp 3.000.
Berikut perbandingannya:
Beli senilai Rp100.000 sebanyak 5 kali:
- Tarif administrasi sebesar Rp 3.000 dikali 5 yaitu menjadi Rp 15.000
- Jumlah pengeluaran keseluruhan adalah sebesar Rp 515.000
Beli Rp500.000 sekali:
- Biaya administrasi sebesar Rp 3.000 dikali 1 menjadi total Rp 3.000
- Jumlah pengeluaran keseluruhan adalah sebesar Rp 503.000
Perbedaannya sebesar Rp12.000, hanya berasal dari komponen biaya administrasi saja.
Nominal tersebut tampaknya tidak besar, namun bila diulangi tiap bulan, dapat menghasilkan tabungan yang signifikan.
Penjualan dalam jumlah besar juga memiliki kelemahan
Walaupun secara kinerja pembelian dalam jumlah besar lebih baik, terdapat sejumlah faktor yang patut diperhatikan oleh pelanggan PLN, antara lain:
1. Perlu menyediakan dana yang lebih besar secara bersamaan
Tidak setiap keluarga mampu menyisihkan uang sebanyak Rp 500.000 secara bersamaan.
Khususnya bagi keluarga yang sedang melakukan pengelolaan keuangan dengan sangat hati-hati, pembelian secara bertahap dapat terasa lebih mudah dan fleksibel.
2. Berisiko ganggu cash flow
Bila penggunaan listrik tidak begitu besar, pembelian token dengan jumlah besar dapat menghabiskan uang yang seharusnya digunakan untuk keperluan lain.
3. Kemungkinan pemborosan akibat listrik dirasakan “masih cukup tersedia”
Banyak pengguna sering kali mengabaikan pemakaian listrik meskipun sisa token mereka cukup besar. Hal ini dapat menyebabkan pemborosan energi yang tidak terkendali.
Jadi, dari sisi biaya, membeli token listrik dalam jumlah besar lebih hemat karena hanya dikenai satu kali biaya admin.
Namun, keputusan yang paling tepat masih ditentukan oleh situasi finansial setiap keluarga.
Jika kamu mampu melakukan pembelian secara bersamaan dan ingin mengurangi biaya di masa depan, membelanjakan Rp 500.000 sekali saja dapat menjadi opsi yang cocok.
Sebaliknya, jika mengutamakan fleksibilitas keuangan, pembelian bertahap tetap bisa dilakukan dengan catatan, seperti perlu lebih bijak dalam mengelola frekuensi pembelian dan konsumsi listrik.