Liramedia.co.id— Laba operasional Berkshire Hathaway sedikit mengalami penurunan pada kuartal kedua tahun 2025.
Perusahaan milik Warren Buffett juga menyampaikan peringatan mengenai dampak buruk dari tarif tinggi Amerika Serikat terhadap operasional bisnisnya.
Laba operasional Berkshire mencapai 11,16 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 182,8 triliun (kurs Rp 16.383 per dolar AS) dalam bulan April hingga Juni 2025. Angka ini mengalami penurunan sebesar 4 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan terutama terjadi pada lini asuransi, khususnya akibat hasil underwriting. Namun, lini bisnis lainnya seperti kereta api, energi, manufaktur, jasa, dan ritel justru mencatat peningkatan laba dibanding tahun sebelumnya.
Dalam laporan keuangan terkini, perusahaan yang berlokasi di Omaha, Nebraska, kembali menyampaikan kekhawatiran mengenai kebijakan tarif pemerintahan Presiden Donald Trump.
“Kecepatan perubahan dalam peristiwa-peristiwa ini, termasuk ketegangan yang muncul dari pengembangan kebijakan perdagangan global dan tarif, semakin meningkat selama enam bulan pertama tahun 2025,” tulis Berkshire, Sabtu (2/8/2025), sebagaimana dilaporkan CNBC.
“Masih ada ketidakpastian yang sangat besar mengenai hasil akhir dari kejadian-kejadian ini,” demikian juga tercantum dalam laporan tersebut.
Kemungkinan besar akan ada konsekuensi yang merugikan bagi sebagian besar, jika tidak semua, bisnis operasional kami, serta investasi kami pada saham ekuitas, yang dapat memengaruhi hasil kami secara signifikan di masa depan.
Meski demikian, posisi kas Berkshire tetap kuat. Pada akhir Juni, total kas perusahaan mencapai 344,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5.643 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan 347 miliar dolar AS pada akhir Maret.
Selama 11 kuartal berurutan, Berkshire menjadi penjual bersih saham. Dalam enam bulan pertama tahun 2025 saja, mereka menjual ekuitas senilai 4,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 73,7 triliun.
Berkshire tidak melakukan pembelian kembali saham (buyback) pada semester pertama 2025, meskipun harga sahamnya telah turun lebih dari 10 persen dari rekor tertinggi sepanjang masa.
Di sisi lain, perusahaan mengalami kerugian sebesar 3,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 62,2 triliun akibat kepemilikan saham di Kraft Heinz. Saham perusahaan barang konsumsi tersebut memang telah lama menjadi beban bagi kinerja Berkshire.
Kraft Heinz saat ini sedang merancang pemisahan bisnis grosirnya (spin-off). Pada bulan Mei lalu, dua eksekutif dari Berkshire mengundurkan diri dari dewan direksi perusahaan tersebut.
Laporan keuangan ini adalah yang pertama setelah Buffett mengumumkan rencana pensiunnya dari posisi CEO pada akhir tahun 2025.
Greg Abel, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua untuk Operasi Non-Asuransi, akan menggantikan posisi Buffett sebagai CEO. Sementara itu, Buffett tetap akan menjabat sebagai Ketua Dewan Direksi Berkshire Hathaway.