Home news Psikolog Ungkap Risiko di Balik Motivasi “Kerja Keras untuk Jadi Miliarder”

Psikolog Ungkap Risiko di Balik Motivasi “Kerja Keras untuk Jadi Miliarder”

14
0

Motivasi Kerja Keras dan Realitas Hidup

Akhir-akhir ini, di media sosial muncul kembali motivasi yang menyatakan bahwa “semua orang bisa jadi miliarder asalkan kerja keras”. Pesan ini sering disampaikan oleh tokoh publik dan motivator, seolah-olah kekayaan hanya bergantung pada keinginan dan usaha individu. Namun, pandangan ini tidak lepas dari kritik karena dianggap mengabaikan kenyataan hidup banyak orang yang telah berusaha keras tetapi masih kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.

Perspektif Psikolog tentang Motivasi Kerja Keras

Psikolog sekaligus dosen di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo, menjelaskan bahwa narasi motivasi tersebut cenderung tidak adil dan tidak dapat digeneralisasi. Ia menekankan bahwa tidak semua orang memulai dari posisi yang sama. Ada individu yang harus bekerja dari pagi hingga malam hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara yang lain memiliki kemampuan untuk mulai membangun aset sejak usia muda karena kebutuhan primernya sudah terpenuhi.

Ratna juga menambahkan bahwa dalam situasi seperti ini, kerja keras saja belum tentu cukup. Banyak faktor lain yang memengaruhi hasil akhir, termasuk akses terhadap peluang, kesehatan, pendidikan, dan dukungan sosial. Narasi motivasi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka yang telah berjuang tetapi tetap mengalami kesulitan. Beberapa dampak negatif tersebut meliputi:

  • Rasa Bersalah: Individu merasa tidak cukup baik atau tidak berusaha cukup keras, meskipun mereka telah bekerja keras.
  • Kecemasan dan Stres: Mereka merasa tidak mampu mencapai tujuan yang dianggap mudah oleh narasi tersebut.
  • Penurunan Motivasi: Rasa tidak berhasil dapat mengurangi kepercayaan diri, meskipun telah berusaha keras.

Rasa Bersalah dan Kegagalan yang Tidak Adil

Ratna juga menyoroti bahwa motivasi yang mengklaim “semua orang bisa jadi miliarder asalkan kerja keras” dapat memicu rasa bersalah atau kegagalan yang tidak adil. Ini terjadi karena banyak orang berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda. Narasi semacam ini cenderung mengabaikan faktor-faktor struktural yang berperan dalam kemampuan seseorang mencapai kesuksesan, seperti akses ke pendidikan, sumber daya, dan jaringan sosial.

Baca Juga:  Hasto Kristiyanto Terima Amnesti dari Prabowo, PDIP: Bukti Kasusnya Dipolitisasi

Lebih jauh, narasi ini juga mengabaikan perbedaan individu dalam hal kemampuan, bakat, dan kesempatan. Dengan kata lain, tidak semua orang memiliki jalan yang sama untuk mencapai tujuan.

Menyikapi Narasi Motivasi dengan Realisme

Ketika seseorang menyampaikan motivasi tersebut, Ratna menyarankan agar kita tetap realistis dan tidak mengabaikan kenyataan yang ada. Ia menekankan pentingnya memahami bahwa titik awal setiap orang berbeda. Agar tidak merasa gagal dan tetap realistis setelah mendengar motivasi semacam itu, ada beberapa tips yang dapat diikuti:

  1. Kesuksesan Tidak Hanya Bergantung pada Kerja Keras: Pahami bahwa kesuksesan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kesempatan, akses ke sumber daya, dan dukungan sosial.
  2. Akui Kelebihan dan Kekurangan: Setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kesuksesan dapat diukur dengan berbagai cara.
  3. Fokus pada Pencapaian Pribadi: Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus pada kemajuan dan pencapaian pribadi.
  4. Kesadaran akan Kegagalan: Sadari bahwa kegagalan dan kesulitan adalah bagian dari proses belajar. Kita dapat belajar dari kesalahan dan pengalaman yang dihadapi.

Kesimpulan

Narasi bahwa semua orang bisa menjadi miliarder dengan kerja keras semata sering kali tidak memperhitungkan banyaknya variabel yang memengaruhi kesuksesan. Penting untuk memahami bahwa setiap individu memiliki perjalanan unik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan pendekatan yang realistis dan pemahaman yang lebih baik tentang konteks sosial dan ekonomi, kita dapat menghindari rasa bersalah dan kegagalan yang tidak adil serta memupuk motivasi yang lebih sehat dan konstruktif.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here